Total Tayangan Halaman

Selasa, 03 Mei 2011

laporan motor bakar & traktor


I.                   PENDAHULAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sudah sejak dahulu menjadikan sektor pertanian sebagai penopang perekonomian negara. Sampai saat ini pun sektor pertanian masih tetap menyumbang devisa yang cukup besar bagi perekonomian negara. Bahkan pada saat Indonesia dilanda krisis ekonomi yang menghancurkan perekonomian negara, sektor pertanian melalui agribisnis dan agroindustri justru dapat terus berkembang menjadi penyelamat perekonomian negara. Namun, dengan sumber daya yang melimpah, proses perkembangan dan modernisasi sektor pertanian Indonesia berjalan sangat lambat. Salah satu indikatornya yaitu produktivitas pertanian yang cenderung menurun dan petani sebagai ujung tombaknya sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan. Penyebabnya antara lain penerapan teknologi disektor pertanian yang masih rendah serta minimnya pengetahuan mereka mengenai alat mekanisasi pertanian khususnya motor bakar dan traktor.
Dalam pembangunan pertanian tentu akan sangat berbeda dalam segi kepraktisan maupun hasil tani apabila petani tersebut mengadopsi teknologi dibandingkan ia memakai cara tradisional, salah satu alat mekanisasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki SDM  yaitu motor bakar dan traktor.
Berdasarkan pernyataan diatas maka kita sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, harus mempelajari tentang teknologi pertanian ini karena minimnya pengetahuan kita menganai alat mekanisasi pertanian terutama dalam cara mengoprasikan alat-alat tersebut.
1.2 Tujuan Dan Kegunaan
a.      Tujuan
·         Agar mahasiawa fakultas pertanian dapat mengetahui bagian-bagian motor bakar dan bagian-bagian traktor.
·         Agar mahasiswa dapat menjelasan bagian-bagian motor bakar dan bagian-bagian traktor.
·         Dapat mengoprasikan motor bakar dan traktor. 

laporan pupuk dan pemupukan


I.       PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Defenisi tentang tanah sangatlah bervariasi terkadang sangatlah sulit bagi kita untuk memberikan defenisi yang tepat pada tanah, kerena pandangan dan kepentingan yang beraneka ragam tentang tanah.  Ada yang mengatakan bahwa tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat gaya-gaya alam (natural material) pada permukaan bumi, tanah dapat pula diartikan sebagai tempat tumbuhnya tanaman, defenisi lainnya tentang tanah adalah tanah merupakan hasil pelapukan batuan dan pelapukan sisa-sisa bahan organik dari organisme (vegetasi dan hewan) yang hidup didalamnya. 
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, maupun dari segi biologi tanah.  Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah, selain itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.
Kesuburan tanah selain berasal dari residu makhluk hidup atau yang bersifat alami, kesuburan tanah juga dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk anorganik.  Pupuk anorganik yang banyak dibutuhkan oleh tanah dalam pertumbuhan tanaman antara lain adalah urea.  Pupuk ini disebut juga sebagai pupuk N, karena mengandung lebih banyak nitrogen.  Urea ini berfungsi dalam perkembangan vegetatif dari tanaman.  Selain itu, kelebihan pupuk ini juga dapat membuat tanaman menjadi hangus, terutama yang memiliki daun yang agak peka.
Salah satu tanaman yang umumnya menggunakan pupuk urea adalah tanaman jagung (Zea mays L.).Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang berfotosintesis C4, maksudnya mempunyai kapasitas fotosintesis tinggi.  Selain jagung (Zea mays L.), yang termasuk dalam golongan C4 adalah sorgum dan tebu.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum pupuk dan pemupukan untuk mengetahui pengaruh pupuk yang berbeda terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.).

1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk daun dengan konsentransi 0.05 gram untuk 1 liter air terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dan acuan dalam aplikasi dan rekomendasi penggunaan pupuk daun dan tanaman jagung (Zea mays L.) 








II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Alfisol
Tanah Alfisol adalah tanah dimana terdapat penimbunana liat dihorison bawah (argilik) dan mempunyai kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) yang tertinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.  Liat yang tertimbun dari horison bawah ini berasal dari horison diatasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air (Hardjowigeno, 2003).
Tanah Alfisol terbentuk pada daerah beriklim hujan C, d dan E dengan curah hujan antara 800 – 2500 mm/thn, berbahan induk batu kapur, endapan taff vulkan, topografi berombak sampai berbukit.  Jenis tanah ini tersebar pada ketinggian 0 – 400 m diatas permukaan laut (Soepraptohardjo, 1969).
Tanah Alfisol adalah tanah yang sangat lapuk, tekstur berat dan kadang-kadang lekat, struktur gumpal dan bahan organik rendah, nisbah silika atau sesquioksida (SiO2 / R2O3) realatif tinggi, kejenuhan basa sedang sampai tinggi dan kadang-kadang mengandung konkresi kapur dan besi (Hardjowigeno, 2003).


Menurut Sarief (1986), bahwa daya menahan air dan permeabilitas sedang, kepekaan terhadap erosi sedang sampai besar, serta air pada keadaan ini merupakan faktor pembatas secara umum sifat fisiknya sedang sampai baik, sifat kimianya baik, sehingga nilai produktifitas tanahnya sedang sampai tinggi.
2.2  Tanaman Jagung (Zea mays)
a.      Iklim
Jagung mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dibandingkan dengan tanaman lainnya yang berasal dari jenis yang sama, kecuali pada daerah-daerah yang lebih dingin karena jagung berasal dari daerah tropis dengan berbagai sifat yang dimilikinya. Jagung menghendaki cuaca yang cukup panas untuk pertumbuhannya. Variasi temperaturnya adalah temperatur rendah 9 – 10 o C, temperatur optimumnya 23 – 47 o C dan temperatur maksimumnya 40 – 44 o C. untuk tanaman jagung berkecambah dibutuhkan suhu 30 – 32 o C, di bawah suhu tersebut perkecambahannya akan terganggu dan apabila di atas 44o C lembaga jagung menjadi rusak (Anonima, 1977).
Suprapto (1998) menyatakan bahwa waktu pemasakan biji jagung dan pengeringan hasil akan baik pada saat musim kemarau karena pada masa tersebut kebutuhan air oleh tanaman sangat kecil. Sementara cahaya berlimpah ruah untuk pemasakan biji dan pengeringan hasil.

b.      Tanah
Efendi (1985) menyatakan bahwa tanaman jagung tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang banyak, karena tanaman ini dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Tanah berpasir dapat ditanami jagung dengan baik asal cukup air dan hara untuk pertumbuhannya. Tanah berat seperti Grumusol dapat ditanami jagung dengan dengan pertumbuhan normal asal saja aerasi dan draenase dapat diperbaiki.
Sudjarwadi (1990) menyatakan bahwa tanah yang dikendaki adalah tanah yang gembur dan subur karena tanaman jagung memerlukan aerase dan draenase yang baik dengan kedalaman zone perakaran yang cukup yaitu 1 – 1,7 m, jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah. Tanah lempung berdebu adalah tanah yang baik untuk pertumbuhannya.
2.3  Pupuk Daun
Pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman pada mahkota tanaman agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangannya (Sutedjo,2010).
Daun memiliki mulut yang dikenal dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun.Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.(Anonimb,2010)
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn.(Novizan,2002)
Pupuk Gandasil B berbentuk kristal yang dilartkan dalam air sehingga dapat dengan mudah diserap dan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman, sehingga mampu mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk Gandasil B merupakan salah satu pupuk daun yang mengandung unsur hara nitrogen 6%, Fosfor 20%, Kalium 30% dan Magnesium 3 %. Selain itu terdapat beberapa unsur hara mikro Cobalt (Co), Tembaga (Cu), Boron (Br) dan Seng (Zn) serta vitamin (Hamisah,2005)
Keuntungan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan pada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar. (Anonimb,2010)
Anonimc, 2010 menyatakanbahwaPupuk daun adalah pemupukan melalui daun tanaman yang mana cara pemberiannya pada tanaman melalui penyemprotan ke daun tanaman. Dan umumnya pemupukan melalui daun, penyerapan haranya lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diberikan melalui akar yang selama ini umum dilakukan petani. Selain penyerapan unsur hara yang lebih cepat, kelebihan dari penggunaan pupuk daun adalah :
  1. Tidak menyebabkan kerusakan pada tanah sehingga tanah masih tetap mudah diolah karena struktur tanah masih gembur.
  2. Hasil pemupukan lebih cepat terlihat dalam beberapa hari.
  3. Unsur hara yang diberikan lebih lengkap karena selain mengandung unsurhara makro pupuk daun juga mengandung unsur hara mikro.
  4. Kebutuhan hara untuk tanaman dapat diatur sesuai kebutuhan dan kekurangan tanaman.
  5. Pemberian pupuk daun bisa lebih merata ke semua tanaman.
  6. Kepekatan pupuk dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.
  7. Menghemat tenaga dan waktu sebab pemberian pupuk ini dapat juga dilakukan bersamaan dengan pemberian pestisida.
Namun pemberian pupuk daun juga memiliki kekurangan diantaranya :
  1. Harga biasanya lebih mahal dari pupuk akar.
  2. Membutuhkan peralatan penyemprotan dalam penggunaannya.
  3. Jika dosis berlebihan dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian tanaman karena keracunan atau terbakar.
  4. Biasanya pada tanaman sayuran dan buah-buahan terutama yang berkulit tipis harus selektif penggunaan dan pemilihan pupuknya.
  5. Kadar unsur hara pada pupuk daun terbatas sehingga penggunaannya lebih sering dibanding pupuk akar.





III.    BAHAN DAN METODE
3.1  TempatdanWaktu
Praktikum pupuk dan pemupukan dilaksanakan di kebunpercobaanJurusan Ilmu Tanah, Fakultas PertanianUniversitasHasanuddin Makassar, dari bulan Februarisampai Mei 2011.
3.2  AlatdanBahan
Alat-alat yang digunakanpadapraktikuminiadalahcangkul, parang, skop, pot 15 kg danalatukur (meterandantimbangan),
Adapunbahan-bahan yang digunakanadalahsampeltanahAlfisol, benihtanamanjagung, pupukdaun jenis gandasil B, serta air.
3.3  Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum pupuk dan pemupukan adalah sebagai berikut:
1.      Membersihkan lahan eksfarm yang akan digunakan untuk praktikum.
2.      Mengambil sampel tanah Alfisol dengan menggunakan cangkul dan skop,
3.      Mengeringudarakan ttanah Alfiol tersebut
4.      Memasukkan sampel tanah yang telah dikeringudarakan ke dalam pot berukuran 15 kg.
5.      Menimbang pupuk yang akan diberikan kedalam tanah Alfisol yaitu dengan perlakuan pukan 3.
6.      Mencampurkan tanah Alfisol dengan pupuk daun jenis gandasil B yang telah ditimbang.
7.      Mendiamkan tanah yang telah dicampur pupuk beberapa hari.
8.      Menanam benih jagung pada pot yang berisi pupuk daun jenis gandasil  B dan tanah.
9.      Mengamati (jumlah daun dan tinggi tanaman) yang dilakukan setiap minggunya.
10.  Melakukan penimbangan berat segar dan berat kering tanaman jagung.


















III.       HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.2. Pembahasan
IV.       PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran



















DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2004.Waktudan Cara Pemupukan.  PT. PupukSriwidjaja, Jakarta.  Jurnal Internet.
Anonimb. 2010. Jenis-Jenis Pupuk dan Cara Aplikasinya. http://eone87.worrdpress.com  diakses   pada  tanggal 30April 2011
Anonimc. 2010. MengenaliPupukDaun.  http://rickyuntukpertanian.blogspot.comdiaksespadatanggal 30 April 2011
Hamisah, Hamisah.2005.Pengaruh Komposisi Media dan Pupuk Gandasil B terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Lycopersium esculentum Mill) Varietas Permata.Universitas Muhammadiyah Malang
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Jakarta ; Penerbit Akademika Presindo
Novizan, 2002.PetunjukPemupukan yang EfektifedisiRevisi.  Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sarief S., 1986.  Kimia Fisika Tanah Pertanian.  PenerbitPustakaBuana Press, Bandung.
Suprapto, 1998.BertanamKedelai.  PenebarSwadaya, Bogor.
Sutedjo, Mul Mulyani. 2010. Pupuk  dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta : Jakarta

laporan pelilinan


I.    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan sangat merugikan bila tidak dapat dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan atau kebusukan. hal ini akan mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga merupakan suatu kehilangan (loss). Di indonesia kehilangan buah-buahan cukup tinggi, 25 - 40 %. untuk menghasilkan buah-buahan dengan kualitas yang baik, disamping ditentukan oleh perlakuan selama penanganan on-farm, ditentukan juga oleh faktor penanganan pasca panen yang secara umum mulai dari pemanenan, pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading, pengemasan, pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan.
Pada dasarnya mutu suatu produk hortikultura setelah panen tidak dapat diperbaiki, tetapi yang dapat dilakukan adalah hanya usaha untuk mencegah laju kemundurannya atau mencegah proses kerusakan tersebut berjalan lambat. Berarti bahwa mutu yang baik dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen hanya dapat dicapai apabila produk tersebut dipanen pada kondisi tepat mencapai kemasakan fisiologis sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penggunanya. Produk yang dipanen sebelum atau kelewat tingkat kemasakannya maka produk tersebut mempunyai nilai atau mutu yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna/SNI (Standart Nasional Indonesia).
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walaupun hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa umur simpan produk hortikultura relatif tidak tahan lama.
Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin buatan pada produk hortikultura yang mudah busuk yang disimpan telah banyak dilakukan. Tujuan pelilinan pada produk yang disimpan ini terutama adalah untuk mengambat sirkulasi udara dan menghambat kelayuan sehingga produk yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanya proses transpirasi.

B.  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui proses pelilinan dan pengaruh dari perlakuan pelilinan terhadap buah pisang

C.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan pelilinan ?
2.      Bagaimana pengaruh pelilinan terhadap buah pisang ?
3.      Bagaimana pengaruh pelilinan terhadap lama penyimpanan ?
II.    TINJAUAN PUSTAKA
A.    Komoditi Buah Pisang
Pisang merupakan komoditas unggulan yang memiliki kontribusi besar terhadap produksi buah-buahan nasional. Selain memiliki potensi yang besar dalam menunjang peningkatan pendapatan masyarakat petani, pisang juga merupakan bahan baku industri olahan (untuk chip, keripik, puree, tepung) dan komoditas yang potensial untuk meningkatkan ekspor buah (Departemen Pertanian, 2005). Namun sayangnya potensi tersebut selama ini masih hanya menjadi keunggulan komparatif dan belum mampu dikembangkan sebagai keunggulan kompetitif (Kasijadi, 2006).
Buah pisang juga memiliki banyak manfaat. Kandungan yang terdapat dalam pisang antara lain vitamin A, vitamin B(Thiamine, Riboflavin, Niacin, vitamin B6, Folic Acid), vitamin C, calcium, magnesium, iron, dan zinc (www.banana.com, 2007). Dengan demikian pisang juga merupakan salah satu bahan pangan yang mampu meningkatkan gizi masyarakat.
Relatif besarnya volume produksi nasional dan luas panen dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan pisang merupakan tanaman unggulan di Indonesia. Namun demikian, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005), pengelolaan pisang masih sebatas tanaman pekarangan atau perkebunan rakyat yang kurang dikelola secara intensif. Pisang tersebut sebagian besar dipasok dari petani-petani kecil (smallholder farmers) yang masih bersifat tradisional. Mereka masih menanam pisang dengan cara yang konvensional, sangat sedikit menggunakan bantuan teknologi, ( Semangun,H.2000)

Sebagai akibatnya, setiap pelaku bertindak berdasarkan informasi lokal yang mereka miliki yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya distorsi informasi di sepanjang supply chain. Distorsi informasi tersebut menyebabkan pemenuhan permintaan pasar menjadi kurang efektif. Di sisi lain, supply chain management modern menginginkan koordinasi dan integrasi informasi ada di sepanjang supply chain. Hubungan yang diinginkan tidak lagi sekedar hubungan transaksional,tetapi lebih mengarah ke mutual relationship.

B.     Teknik Pelilinan
Menurut Pantastico (1986), pelapisan lilin merupakan usaha penundaan kematangan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk hortikultura. Pemberian lapisan lilin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kehilangan air yang terlalu banyak dari komoditas akibat penguapan sehingga dapat memperlambat kelayuan karena lapisan lilin menutupi sebagian stomata (pori-pori) buah-buahan dan sayur-sayuran, mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi sehingga dapat mengurangi kerusakan buah yang telah dipanen akibat proses respirasi, dan menutupi luka-luka goresan kecil pada buah. Pelapisan lilin dapat menekankan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar karena dapat mengurangi keaktifan enzim-enzim pernafasan sehingga dapat menunda proses pematangan. Keuntungan lainnya yang diberikan lapisan lilin ini pada buah adalah dapat memberikan penampilan yang lebih menarik karena memberikan kesan mengkilat pada buah dan menjadikan produk dapat lebih lama diterima oleh konsumen.
Namun demikian pelapisan lilin tidak dapat mengatasi kebusukan, untuk lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida. Berbagai jenis fungisida atau bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan pembusukan pada buah selama penyimpanan, salah satunya adalah Benlate 50. Benlate termasuk kelompok fungisida benzimidazoles dengan nama umum Benomil dan merupakan fungisida yang aman untuk digunakan (Juran, 1971). Menurut Chiang (1973) dan Eckert (1996), pertumbuhan jamur pada buah yang disimpan akan mempercepat kerusakan buah, meningkatkan proses respirasi pada buah sehingga proses degradasi senyawa-senyawa makromolekul menjadi mikromolekul dan molekul-molekul terlarut menjadi cepat. Penggunaan Benlate sangat efektif menekan pertumbuhan jamur selama penyimpanan buah sehingga kerusakan buah akibat pertumbuhan jamur dapat ditekan. Dengan demikian proses respirasi berjalan lambat sehingga proses degradasi makromolekul juga lambat. Hal ini mengakibatkan kehilangan bobot buah menjadi kecil, perubahan warna berjalan lambat, total padatan terlarut menjadi sedikit serta kadar vitamin C dapat dipertahankan karena proses oksidasi.
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi dan transpirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu tebal maka kemungkinan hampir semua pori-pori komoditi akan tertutup. Apabila semua pori-pori tertutup maka akan mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob, yaitu respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O2 sehingga sel melakukan perombakan di dalam tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses pembusukan lebih cepat dari keadaan yang normal (Roosmani, 1975). Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30 detik) atau pengolesan (Pantastico, 1986).
Menurut Pantastico (1996), pelilinan dapat mencegah kehilangan air 30 – 50 % dari kondisi umum. Dengan konsentrasi lilin yang semakin tinggi menutupi permukaan buah maka kehilangan air akibat transpirasi dapat dicegah sehingga persentase susut bobot kecil. Semakin tinggi konsentrasi lilin mengakibatkan semakin kecilnya rongga udara sehingga proses respirasi dan oksidasi semakin lambat dan proses degradasi klorofil terhambat, dengan demikian perubahan warna buah semakin lambat.
Pelapisan lilin untuk buah-buahan pada umumnya menggunakan lilin lebah yang dibuat dalam bentuk emulsi lilin dengan konsentrasi 4% sampai dengan 12%. Sedangkan kepekatan emulsi lilin yang ideal untuk buah alukat adalah emulsi lilin 4%. Untuk membuat lapisan lilin 4 % dilakukan pencampuran emulsi lilin 12% dengan 2 bagian air.
Menurut Dominica (1998) diketahui bahwa kombinasi perlakuan suhu dingin (15-18 oC) dapat memperpanjang umur simpan buah selama 7 hari. Salah satu contohnya adalah jeruk pacitan, kesegaran buah dapat dipertahankan dengan pemberian lapisan lilin 6% setelah disimpan pada suhu rendah (Nainggolan, 1992)
III. METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum pelilinan ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 27 April 2011 di Laboratorium I Budidaya Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

B.     Alat dan Bahan
Alat yang disediakan pada praktikum ini adalah timbangan, pisau atau gunting, cawan Petri. Adapun bahan-bahannya adalah buah Pisang, lilin, selotip dan Korek Api.

C.    Prosedur Percobaan
Adapun prosedur pelaksanaan dari praktikum pelilinan adalah :
1.      Sediakan 3 buah Pisang, timbang berat awal masing-masing
2.      Pada buah pertama tidak diberikan perlakuan apapun
3.      Pada buah kedua, buah dilumuri dengan lilin hingga merata keseluruh permukaan buah.
4.      Pada buah ketiga, buah dilumuri lilin kemudian dibungkus lagi dengan selotip hingga terbungkus secara keseluruhan.






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Perlakuan
Berat Awal (gram)
Berat Akhir (gram)
Perubahan
Kontrol
125
120
Warnanya berubah menjadi hitam kekuningan
Pelilinan
130
141
Warnanya berubah menjadi hitam,hijau ,kekuningan
Pelilinan + Selotip
120
130
Warna tetap dan tekstur pun tetap.hijau,dan sedikit kehitaman
Sumber : Data primer, 2011 Laboratorium Budidaya Pertanian

B.     Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan  maka  diperoleh, berat awal dari perlakuan pada kontrol yaitu : berat awalnya adalah 125 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu 120 gram,perubahan warna yang terjadi yaitu warnanya berubah menjadi hitam
Dari percobaan yang telah dilakukan  maka  diperoleh, berat awal dari perlakuan pada pelilinan  yaitu : berat awalnya adalah 130 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu 141 gram,perubahan warna yang terjadi yaitu warnanya berubah menjadi hitam,hijau kekuningan.
Dari percobaan yang telah dilakukan  maka  diperoleh, berat awal dari perlakuan pada pelilinan daitambah dengan berlakuan buah yang diselotip  yaitu : berat awalnya adalah 120 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu 130 gram,perubahan warna yang terjadi yaitu Warna tetap dan tekstur pun tetap.hijau,dan sedikit kehitaman.
Dari hasil yang diperoleh maka kita dapat melihat  bahwa Dengan konsentrasi lilin yang semakin tinggi menutupi permukaan buah maka kehilangan air akibat transpirasi dapat dicegah sehingga persentase susut bobot keci.Hal ini sesuai dengan pendapat (Pantastico ,1996),bahwa semakin tinggi konsentrasi lilin mengakibatkan semakin kecilnya rongga udara sehingga proses respirasi dan oksidasi semakin lambat dan proses degradasi klorofil terhambat, dengan demikian perubahan warna buah semakin lambat.

















V.    PENUTUP
1.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dihasilkan dari praktikum yaitu :
·         Perlakuan kontrol
Berat awalnya adalah 125 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu 120 gram
·         Perlakuan pelilinan
Berat  awalnya adalah 130 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu 141 gram
·         Perlakuan pelilinan + kontrol
Berat  awalnya adalah 120 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu 130 gram

2.      Saran
Saran untuk praktikan agar memperhatikan lebih baik bahan percobaannya sehingga dapat diperoleh data yang akurat dan sesuai dengan semestinya. Saran untuk laboratorium agar dapat menyediakan alat-alat yang digunakan untuk praktikum.








DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2011. . http://budidayapertanian/pisang_2/pdf. Diakseskan pada tanggal 14 April 2011.

Anonimb.2009.Pemasakan Buah.http://wordbiology.wordpress.com. diakses pada tanggal 24 April 2011
Anonimc.2010.Perubahan Kimia Buah Klimaterik dan Buah Non Klimaterik Selama Penyimpanan.http://siwi.blog.uns.ac.id. diakses pada tanggald24 April 2010
 Anonimc.2011.Respirasi Aerob Pada Buah.http://lordbroken.wordpress.com. diakses pada tanggal 24 April 2011
Anonime.2009.Penanganan Pascapanen Buah Segar, Sayuran, dan Bunga.http://foodtechnologyandhealthly.blogspot.com. diakses pada tanggal 24 April 2011
Thahir Muliaty, dkk 2005. Pola Respirasi Mangga (Mangifera Indica) Var Arumanis. Jurnal Sains dan Teknologi. Universitas Hasanuddin.